Musik pop sebenarnya adalah nama musik secara umum. Dengan
demikian tokohnya pun kadang susah dibedakan antara musik pop dengan musik yang
lainnya.
Penyanyi pop pria yang terkenal dari luar negri:
Elton Jhon, Jesse McCartney, Michael Jackson Ricky Martin, Robbie Williams,
dll.
Penyanyi pop wanita yang terkenal dari luar negri:
Chantal Kreviazuk, Celine Dion, Madonna, Mariah Carey, Whitney Houston, dll.
Grup musik popular dari luar negri:
The Beatles, Bee Gees, Duran Duran, Boyzone, Westlife, dll.
Penyanyi pop solo yang terkenal dari Indonesia:
Big Slamet, Hetty Koes Endang, Ruth Sahanaya, Krisdayanti, Agnes Monica, dll.
Grup musik popular dari Indonesia:
Koes Plus, Ada Band, Mercy’s, Gigi, Peterpan
Manfaat musik pop
Menjamurnya musik industri atau musik pop (populer) pada satu sisi memberikan
banyak manfaat bagi anak bangsa. Bahkan, dengan keunggulan-keunggulan musik
industri, musik Indonesia bisa menjadi tuan rumah di negeri sendiri. Coba
tengok grup musik semacam Dewa, Slank, Padi, Peterpan, Radja, /rif, Jikustik,
Cokelat, Boomerang, Gigi, dan Sheila on Seven.
Grup musik mayor label yang menyajikan lagu easy listening itu sangat
digandrungi anak muda. Mereka sanggup mengalahkan grup musik luar negeri yang
jumlahnya saabrek. Bahkan, kelompok musik itu mampu manggung di beberapa negara
Eropa dan Asia. Itu baru kelompok musik, belum penyanyi solonya. Seperti Ari
Laso, Baim, Audi, dan Rosa.
Namun musik industri tidak seluruhnya dipandang positif. Para pemusik yang
masih menyimpan idealisme, menilai musik industri itu justru mengganggu dan
meracuni proses kreativitas atau imajinasi para pemusik. Pasalnya, para pemusik
harus bisa mematuhi permintaan produser untuk memenuhi selera pasar. Sebab,
karya mereka hanya dihargai sebatas berapa banyak kaset atau VCD yang terjual.
Berangkat dari rasa keprihatinan itulah Pekan Komponis yang sudah lama beku
mulai dicoba untuk dihidupkan kembali oleh Dewan Kesenian Jakarta (DKJ). Pekan
Komponis yang dimulai sejak 1979 itu baru bisa digelar untuk kesebelas kalinya
tahun ini. Dalam Pekan Komponis XI yang digelar mulai 7 hingga 10 Desember, DKJ
menggandeng Taman Budaya Surakarta (TBS) dan STSI Solo. Inilah untuk pertama
kalinya Pekan Komponis diadakan di luar Jakarta.
JPOP merupakan singkatan dari Japanese Pop dan mengacu pada
Musik populer di Jepang. Istilah J-pop diambil dari sebuah stasiun radio
“J-WAVE” yang menunjukkan jenis musik yang berbeda dari musik rakyat. Penyanyi
dari J-pop adalah musisi yg terkenal dan juga seiyuu.
Arti dari J-Pop
J-pop atau Japanese Pop merupakan istilah umum yang mengandung banyak jenis
(genre) musik Jepang seperti pop, rock, dance, rap dan soul. Di Jepang,
istilah J-pop digunakan untuk membedakan gaya musik modern dengan musik klasik
Jepang yang disebut dengan Enka atau bentuk ballad dari Jepang
tradisional. Kerap kita mendengar istilah seperti J-rock, Visual Kei dan J-rap,
namun semua istilah tersebut berada di dalam naungan J-pop.
Di kawasan Nagoya, istilah Z-pop digunakan untuk musik-musik yang populer di
kawasan tersebut. Beberapa lagu Enka seperti yang dinyanyikan oleh Miyuki
Nakajima dan Anzenchitai bisa dianggap berada dalam kategori baik Enka
ataupun J-pop. Toko-toko musik di Jepang umumnya membagi jenis musik dalam
kategori J-pop, Enka, Klasik serta kategori Inggris/internasional.
Sejarah dan Perkembangan
J-pop
Akar dari J-pop berawal dari musik Jazz yang menjadi populer pada awal era Showa.
Awal Era Showa dimulai pada tahun 1926 oleh Kaisar Hirohito sampai dengan
masa Perang Dunia II 1945. Musik Jazz memperkenalkan berbagai jenis alat musik
yang sebelumnya hanya dipergunakan untuk musik klasik dan dalam militer, dalam
berbagai bar dan klub seperti “Ongaku Kissa” yang merupakan salah satu
tempat pertunjukkan Jazz yang terkenal.
Namun dalam masa Perang Dunia II, musik jazz sempat terhenti akibat tekanan
dari tentara kerajaan Jepang. Setelah masa perang berakhir, Tentara Amerika
Serikat memperkenalkan kepada Jepang jenis musik khas Amerika seperti boogie-woogie,
mambo, blues dan country. Jenis-jenis musik tersebut dipertunjukkan
oleh para musisi Jepang kepada pasukan tentara Amerika yang menempati markas AS
di Jepang. Lagu seperti “Tokyo Boogie-Woogie” yang dinyanyikan oleh Sizuko
Kasaoki (1948), “Tennesse Waltz” oleh Eri Chiemi (1951), “Omatsuri
Mambo” oleh Misora Hibari dan “Omoide no Waltz” oleh Izumi
Yukimura menjadi populer di Jepang. Bahkan musisi luar seperti Jazz At
The Philharmonic dan Louis Armstrong pernah mengunjungi Jepang untuk
melakukan pertunjukkan. Tahun 1952 merupakan tahun dimana musik Jazz membooming.
Namun, Jazz bukanlah jenis musik yang mudah dipelajari sehingga sebagian besar
musisi amatir Jepang mempelajari musik country yang dianggap paling
mudah dipelajari.
Demam Rock and Roll mulai melanda Jepang pada tahun 1956 oleh sebuah
grup musik country, Kosaka Kazuya and Wagon Masters yang merilis album
“Heartbreak Hotel”, yang aslinya dibawakan oleh sang raja Elvis Presley.
Wabah rock and roll ini mencapai titik puncaknya pada tahun 1959 dengan
munculnya sebuah film yang memfokuskan ada pertunjukan grup rock and roll Jepang.
Turunnya pamor rock and roll di Amerika Serikat diikuti oleh Jepang seiring
dengan banyaknya grup di Jepang yang tak lain hanya meniru Rock and Roll
Amerika.
Sebagian besar musisi Jepang mulai memadukan musik pop tradisional Jepang
dengan rock and roll. Salah satu yang sukses adalah Kyu Sakamoto dengan
“Ue Wo Muite Arukou”. Sedangkan musisi lain memilih untuk menciptakan musik
yang baru, dengan mengambil lagu populer di Amerika dan menerjemahkan liriknya
kedalam bahasa Jepang sehingga melahirkan istilah “Cover Pop”. Dan juga, banyak
dari jazz kissa (yang melakukan pertunjukan di club/café) mulai
menghilang akibat dari Stasiun radio dan televisi yang menyiarkan pertunjukan
musik yang kemudan mulai menghilang pula dengan munculnya Karaoke. Cover Pop menjadi
musik umum di Jepang selama beberapa tahun.
Pada tahun 1970-an sampai pertengahan 1980-an musik di Jepang mulai menerapkan
aransemen lagu yang lebih kompleks dan tak lagi menyampaikan pesan sosial dalam
musiknya, melainkan mengenai cinta dan kesan pribadi. Musik ini kemudian
disebut dengan New Music. Takura Yoshida dan Yusui Inoue
merupakan beberapa artis pada masa tersebut.
Pada tahun 1980-an, City Pop muncul pada musik-musik yang bertemakan
kota-kota besar di Jepang seperti Tokyo. Karena istilah city pop kurang begitu
dikenal, maka kebanyakan lagu dapat dianggap sebagai city pop atau new
music. Begitu istilah tersebut menjadi populer, Wasei Pop menjadi
istilah untuk mendeskripsikan baik City Pop ataupun New Music. Hingga memasuki
tahun 1990, J-pop menjadi sebutan umum untuk sebagian besar musik-musik
populer.
Pada akhir tahun 1980-an merupakan bangkitnya salah satu grup rock paling tenar
dalam sejarah, Chage & Aska. Duet yang terdiri dari Chage
(Shuji Shibata) dan Ryo Aska (Shigeaki Miyazaki) merilis serangkaian karya –
karya hits sepanjang tahun 1980 dan 1990 dan mengukuhkan diri mereka sebagai
grup rock terpopuler di Asia. Ryo Aska dianggap sebagai salah satu
penulis lagu terbaik di Jepang. Namun, dengan munculnya jenis dance music
dengan irama techno yang dipunggawa oleh Namie Amuro dan Tetsuya
Komuro pada pertengahan dan akhir 1990-an, popularitas grup rock seperti
Chage & Aska mulai menurun. Tapi bukan berarti J-Rock hilang pamor begitu
saja, musik rock di Jepang mulai dihadiri oleh grup-grup seperti B’z, Mr.
Children, L`arc en Ciel, Glay dan sempat heboh oleh musik rock Hideyang
radikal.
Pada Tahun 1996 hingga 1998, gaya musik mulai berubah dengan irama dance yang
lebih sedikit dan lebih ke pop. Grup seperti Speed, Kinki Kids, Da Pump,
Every Little Thing dan Max merupakan grup yang sukses untuk jenis
musik ini. Bahkan Namie Amuro pun ikut merubah gaya musiknya. Gaya musik
ini pun diikuti oleh hampir semua dan masih mendominasi hingga saat ini.
Pada tahun 1998, grup duet Kiroro melakukan debut dan menjadi populer
dengan gaya musik ballad mereka dengan menggunakan piano sebagai alat musik
utama. Karena berbeda dan terbilang gaya baru itulah mereka langsung
mendapatkan popularitas.
Pada tahun 1999, debut Utada Hikaru di Jepang menjadi populer
dengan gaya urban hip-hop dengan pengaruh Amerika yang kental. Gayanya
berbeda di Jepang karena lebih mirip atau hampir sama dengan hip-hop Amerika.
Itu pun disebabkan karena Utada Hikaru lahir dan besar di New York.
Pada tahun yang sama, muncul Dragon Ash yang meniru habis gaya Rap
Amerika. Sejak itu artis-artis hip-hop mulai bermunculan hingga sekarang dan
mulai naik daun seperti suksesnya Home Made Kazoku (2004). Namie
Amuro lagi-lagi menyesuaikan gaya musiknya dengan irama hip-hop.
Pengaruh J-pop pada
Kebudayaan populer
Musik J-pop merupakan bagian dari kebudayaan populer Jepang. Dan telah
digunakan dimana-mana seperti anime, iklan, film, acara radio dan televisi, dan
video game. Bahkan beberapa acara berita di televisi menggunakan lagu J-pop sebagai
penutup acara.
Laju pertumbuhan J-pop luar biasa tingginya. Dalam anime dan acara televisi
lainnya, terutama drama, lagu J-pop yang digunakan sebagai soundtrack cenderung
berubah setiap musim (season) sampai empat kali dalam setahun. Bila dihitung lagu
pembuka (OP) dan penutup (ED) dan acara berlangsung selama satu tahun, maka
paling tidak memiliki delapan lagu sebagai bagian dari acara tersebut. Sebagai
perbandingan, acara televisi Amerika seperti Buffy the Vampire Slayer
yang berjalan selama 7 musim dari tahun 1997 sampai 2003 memiliki 30 lagu dalam
2 album soundtrack. Sebuah anime dengan masa tayang yang sama bisa memiliki
sampai 56 lagu dan sedikitnya satu lagu dirilis sebagai single.
Cepatnya laju pertumbuhan J-pop juga mengakibatkan cepatnya pemunculan wajah
baru dan juga hilangnya artis. Kebanyakan artis hanya mampu menghasilkan
beberapa single dan sebuah album lalu akhirnya memudar. Walau tidak menutup
kemungkinan artis pendatang baru dan langsung diangkat soundtrack anime dll.
Sangat sulit untuk tetap bertahan lebih lama dari itu. Apabila mampu bertahan
selama 10 tahun sudah dianggap luar biasa. Grup seperti Chage & Aska,
B’z, Southern All Stars, dan TUBE yang populer selama lebih dari 15
tahun merupakan kesuksesan besar.
Salah satu kunci kesuksesan dalam dunia J-pop adalah mengikuti dan menyesuaikan
perkembangan gaya musik seperti Namie Amuroyang berawal dari
Techno/dance lalu berubah ke pop dan akhirnya hip-hop. Itulah mengapa Namie
sampai sekarang masih saja merupakan artis populer.
Salah satu masalah dari J-pop mirip dengan masalah gaya hidup orang Jepang
pasca Perang Dunia II, meniru gaya Amerika dan bahkan musik negara lain. J-pop
cenderung identik dengan beberapa musik Amerika. Namun hal ini terbilang wajar
di Jepang mengingat sejarah perkembangan musik yang terintimidasi oleh musik
Amerika.
Maka tak heran apabila saat mendengarkan J-pop ada beberapa yang mirip sekali
dengan lagu amerika yang populer. Dan itu sudah dianggap menjadi bagian dari
J-pop, karena sudah teraransir oleh orang Jepang, dinyanyikan oleh orang Jepang
untuk orang Jepang.
Berawal dari J-pop yang dipengaruhi musik luar, dan hasilnya pun menggebrak
dengan ekspansi sampai ke luar Jepang. Artis-artis J-pop mulai melakukan
pertunjukan ke luar Jepang dimulai dari seputar negara-negara di Asia, kemudian
meluas ke Australia, Amerika, bahkan Eropa.
Bahkan J-pop mulai dijadikan inspirasi musik di beberapa negara seperti
Indonesia dengan grup-grup yang terinspirasi oleh artis Jepang paling pasaran
di Indonesia, L`arc en Ciel.
Jenis musik dibawah J-pop
J-pop memiliki kategori sebagian besar musik yang beredar di Jepang antara lain
:
- Lagu Anime
- Boy Band
- Bubblegum pop
- Girl Group
- J-rock
- Musik Video game
- Visual Kei
0 komentar:
Posting Komentar