Rabu, 21 Maret 2012

Jazz


SEJARAH MUSIK JAZZ
A.      Musik Jazz lahir di Amerika Serikat tahun 1868. Hal itu adalah yang ditulis oleh para peneliti sejarah jazz dan yang telah disepakati oleh berbagai pihak. Walaupun musik jazz lahir di Amerika Serikat, namun kini jazz bukan lagi hanya milik bangsa Amerika, melainkan sudah menjadi sebuah warna musik yang dimiliki oleh seluruh masyarakat dunia.


Awalnya, musik jazz lahir dengan dasar Blues. Kemudian pada sekitar tahun 1887 mulai dikenal bentuk Rag Time, yang pada waktu itu berupa permainan piano di bar- bar. Blues dan Rag Time berkembang menjadi Boogie - Woogie. Bentuk-bentuk tersebut selain merambah pada jalurnya sendiri, juga berkembang menelusuri perjalanan musik jazz.


Para peneliti musik mengemukakan, bahwa bentuk musik jazz yang dapat dianggap sebagai bentuk awal yang berkembang dari zaman ke zaman sampai bentuk jazz yang ada saat ini, adalah bentuk musik jazz yang terdapat sekitar tahun 1915 - 1917. Pada masa itu, para negro di kota New Orleans, AS memainkan musik jazz yang memiliki corak yang khas, sehingga dikenal sebagai Jazz New Orleans. Para musisi jazz New Orleans, menyajikan penampilan mereka di bar, rumah judi, bahkan tempat-tempat pelacuran yang di masa itu sangat tumbuh subur di New Orleans.


Karena dianggap mengurangi perhatian masyarakat terhadap pemerintahan dan banyak terjadinya tindak kriminal, maka pada tahun 1917 tempat hiburan hampir di seluruh New Orleans ditutup. Musik Jazz lalu berkembang keluar dari kota New Orleans. Para musisi jazz yang berasal dari New Orleans mulai membawa musik jazz menelusuri sungai Mississippi, terus ke arah utara hingga sampai di Detroit. Di tahun 1920-an musik jazz telah berkembang di New York, Chicago, Memphis dan kota-kota besar di Amerika Serikat hingga akhirnya meluas ke seluruh dunia seperti saat ini.

Sejarah Masuknya Musik Jazz Di Indonesia
Musik jazz masuk Indonesia pertama kali pada tahun 30an. Yang dibawa oleh musisi-musisi dari Filipina yang mencari pekerjaan di Jakarta dengan bermain musik. Bukan hanya mentransfer jazz saja, mereka juga memperkenalkan instrumen angin, seperti trumpet, saksofon, kepada penikmat musik Jakarta. Mereka memainkan jazz ritme Latin, seperti boleros, rhumba, samba dan lainnya.
Nama-nama musisi yang masih diingat adalah Soleano, Garcia, Pablo, Baial, Torio, Barnarto dan Samboyan. Selain bermain di Jakarta, seperti di Hotel Des Indes (sekarang Duta Merlin Plaza) dan Hotel Der Nederlander (jadi kantor pemerintahan), mereka juga bermain di kota lain, seperti di Hotel Savoy Homann – Bandung dan di Hotel Oranje (Yamato) – Surabaya.
Pada tahun 1948, sekitar 60 musisi Belanda datang ke Indonesia untuk membentuk orkestra simfoni yang berisi musisi lokal. Salah satu musisi Belanda yang terkenal adalah Jose Cleber. Studio Orkestra Jakarta milik Cleber mengakomodasi permainan musik California. Band-band baru bermunculan seperti The Progressive Trio, Iskandar’s Sextet dan Octet yang memainkan jazz dan The Old Timers yang memainkan repertoir Dixieland.
Pada tahun 1955, Bill Saragih membentuk kelompok Jazz Riders. Ia memainkan piano, vibes dan flute. Anggota lainnya adalah Didi Chia (piano), Paul Hutabarat (vokal), Herman Tobing (bass) dan Yuse (drum). Edisi selanjutnya beranggotakan Hanny Joseph (drum), Sutrisno (saksofon tenor), Thys Lopis (bass) dan Bob Tutupoly (vokal).
Band jazz yang terkenal tahun 1945 – 1950 di Surabaya beranggotakan Jack Lemmers (dikenal sebagai Jack Lesmana, ayah Indra Lesmana) pada bass/gitar, Bubi Chen (piano), Teddy Chen, Jopy Chen (bass), Maryono (saksofon), Berges (piano), Oei Boen Leng (gitar), Didi Pattirane (gitar), Mario Diaz (drum) dan Benny Hainem (clarinet).
Nama-nama musisi jazz di Bandung tahun 50 – 60an adalah Eddy Karamoy (gitar), Joop Talahahu (saksofon tenor), Leo Massenggani, Benny Pablo, Dolf (saksofon), John Lepel (bass), Iskandar (gitar dan piano) dan Sadikin Zuchra (gitar dan piano).
Musisi-musisi muda di Jakarta bermunculan tahun 70 – 80an. Di antaranya Ireng Maulana (gitar), Perry Pattiselano (bass), Embong Raharjo (saksofon), Luluk Purwanto (biola), Oele Pattiselano (gitar), Jackie Pattiselano (drum), Benny Likumahuwa (trombon dan bass), Bambang Nugroho (piano), Elfa Secioria (piano). Beberapa musisi muda lainnya mempelajari rock dan fusion, tapi masih dalam kerangka jazz. Mereka adalah Yopie Item (gitar), Karim Suweileh (drum), Wimpy Tanasale (bass), Abadi Soesman (keyboard), Candra Darusman (keyboard), Joko WH (gitar) dan lainnya.
Pertengahan tahun 80an, nama Fariz RM muncul. Ia lebih mengkategorikan musiknya sebagai new age. Namun, beberapa komposisinya bernafaskan pop jazz, bahkan latin. Indra Lesmana, Donny Suhendra, Pra B. Dharma, Dwiki Darmawan, Gilang Ramadan membentuk Krakatau, dan akhirnya kelompok ini bertransformasi menjadi Java Jazz, dengan mengganti beberapa personil.
Tahun 90an hingga sekarang, banyak sekali musisi dan kelompok jazz yang terbentuk. Musik jazz yang dibawakan tidak lagi mainstream, namun hasil distilasi berbagai musik seperti fusion, acid, pop, rock dan lainnya. Sebut saja SimakDialog, Dewa Budjana, Balawan dan Batuan Ethnic Fusion, Bali Lounge, Andien, Syaharani, Tompi, Bertha, Maliq & D’essentials dan masih banyak lagi lainnya.
Musisi jazz biasanya banyak bermunculan di Jakarta, Bandung, Surabaya dan Bali. Hal ini disebabkan arus musik jazz lebih banyak mengalir di sana lewat pertunjukan jazz (JakJazz, Java Jazz Festival, Bali Jazz Festival), sekolah musik jazz, studio rekaman dan kafe yang menampilkan jazz. Seorang yang juga berjasa “mengalirkan” arus jazz ke Indonesia adalah Peter F. Gontha, seorang pemilik JAMZ dan pendiri pemrakarsa Java Jazz Festival. (AL/Angga, Berbagai sumber dan analisa
 
MUSISI MUSIK JAZZ Legendaris diDunia
Musisi jazz legenda dunia dari Amerika Serikat, Lionel Leo Hampton, tampak begitu menikmati permainan pianonya. Guratan ketuaan di wajahnya memang terlihat, namun di situlah tergambar, bagaimana sosok Lionel yang telah menjadi raksasa musik jazz sejak pertengahan tahun 1930-an masih mampu bergiat di dunia musik hampir tiga perempat abad.


Penerima Cross of Merit for Science and Arts, anugerah kebudayaan tertinggi dari Pemerintah Austria tahun 1998 itu, meninggal 31 Agustus tahun 2002, dalam usia 94 tahun. Namun, dengan dipamerkannya foto Lionel karya fotografer Perancis, Nina Contini Melis (66), di Pusat Kebudayaan Italia, Jalan HOS Cokroaminoto 117, Menteng, Jakarta, Lionel seakan hidup kembali menyapa penggemar musik jazz di Indonesia.


"Lionel adalah legenda hidup yang terakhir dari swing. Memandang fotonya, yang dibuat Nina Contini tahun 1987 di Perugia, mengembalikan imajinasi saya ke musik jazz swing," kata Dian, penggemar musik jazz dan penyuka fotografi. Swing merupakan salah satu bentuk dan gaya yang sangat kuat dan berpengaruh luas dari musik jazz.


Pameran foto karya Nina Contini Melis menarik karena tidak hanya menampilkan foto Lionel Hampton, tetapi juga musisi-musisi jazz dunia lainnya, yang nama-namanya cukup melegenda di dunia. Ada Miles Davis, yang dikenal sebagai pelopor cool jazz. Pemain trompet yang suka beralih-alih gaya ini merupakan salah satu dari peniup terompet papan teratas di tingkat dunia. Ia bisa disejajarkan dengan nama-nama kondang lain, seperti Louis Armstrong, Dizzy Gillespie, dan Roy Eldridge.


Foto Miles Davis yang dipamerkan diambil Nina Contini ketika tampil dalam suatu pertunjukan jazz di Roma, tahun 1982, atau sembilan tahun sebelum Miles meninggal dalam usia 65 tahun. Tiupan trompet Miles Davis dikenal penuh emosi. Di satu saat bisa terasa syahdu dan menyentuh, tetapi di saat lain terdengar penuh kemarahan dan sakit hati. Dalam penampilannya, Miles mencampurkan antara bunyi dan kesenyapan. Senyap, baginya, sama pentingnya dengan bunyi. Foto Miles karya Nina seakan mengungkapkan hal ini.


Lihat foto Ron Carter yang begitu ekspresifnya saat memetik Cello. Foto tersebut ketika Ron Carter masih muda, ketika berusia 44 tahun, saat ia tampil di Perugia tahun 1981. Ron Carter yang dikenal sebagai pemain bas dan cello legendaris yang pernah mendukung Quinted Jazz Miles Davis kedua pada era 1960-an itu, tanggal 4 Mei mendatang genap berusia 72 tahun.


Setidaknya itulah gambaran dari sejumlah musisi legenda musik jazz, yang fotonya diambil ketika dalam pertunjukan oleh Nina Contini Melis, yang mengabdikannya dunia jazz dalam bentuk foto. Ada juga foto yang diambil saat sang legendaris berada di luar atau di balik panggung.


Lihatlah misalnya, Betty Carter, penyanyi jazz Amerika yang terkenal dengan teknik improvisasi dan idiosyncratic vocal style, yang lagi tertawa lepas. Fotonya diambil tahun 1979 di Roma, ketika Betty berusia 50 tahun. Penyanyi yang pernah tampil dengan Miles Davis ini meninggal 26 September 1998, dalam usia 69 tahun.

0 komentar:

Posting Komentar