Suatu hari, saat Ivan melintasi tepian sungai, dia melihat sebuah pohon besar tumbuh di sana. Ivan pun berniat menebangnya. "Kayu pohon ini bisa kujual untuk membeli makanan," pikir Ivan.
Ia pun segera mempersiapkan peralatan untuk menebang. Namun sayang, baru saja hendak mengayunkan kapak, perangkat itu terlepas dan jatuh ke sungai yang dalam. "Oh, bagaimana aku bisa bekerja tanpa kapak?" ratap Ivan.
Ia bingung. Tak tahu harus berbuat apa. Ivan tak mungkin menyelam ke dalam sungai, karena dia tak bisa berenang. Hampir saja Ivan menangis karenanya. Tiba-tiba Ivan dikejutkan oleh sapaan seseorang. "Mengapa kau bersedih? Apakah kau sedang mengalami kesulitan?" tanya orang itu. Ivan pun menoleh. Dilihatnya seorang tua tengah berdiri di dekatnya.
"Benar," jawab Ivan. "Kapakku telah jatuh ke dalam sungai, dan aku tidak dapat mengambilnya,"
"Jangan khawatir, aku akan mengambilkannya," kata si orang tua itu lalu menceburkan diri ke dalam sungai. Setengah menit kemudian, dia muncul ke permukaan air sambil mengacungkan sebuah kapak.Ia tidak membawa kapak biasa. Namun kapak yang terbuat dari emas. "Apakah ini kapakmu?" tanya si orang tua. Segera saja Ivan tahu bahwa, kapak itu bukan miliknya. Maka ia pun menjawab, "Oh, bagus sekali kapak itu. Tapi, itu bukan kapak milikku."
Orang tua itu menaruh kapak emas itu di tepi sungai, lalu kembali menyelam lagi. Tak berapa lama dia kembali ke permukaan, sambil menunjukkan kapak perak.
"Apakah ini kapakmu?" tanyanya sekali lagi. Ivan mengamati kapak itu, lalu berkata, "Bukan. Kapakku berwarna hitam, tidak putih." Orang tua itu meletakkan kapak perak di pinggir sungai, lalu menyelam untuk ketiga kalinya. Setelah itu, dia kembali ke permukaan air sambil menunjukkan sebuah kapak besi. "Ya, itulah kapakku!" seru Ivan sebelum si lelaki tua sempat bertanya. Lelaki tua itu pun memberikan kapak besi pada Ivan. "Terima kasih banyak, Pak," sambu Ivan gembira. "Anda baik sekali, mau menolong saya." Lelaki tua itu hanya tersenyum. Kemudian dia memungu kapak emas dan perak yang tadi diletakkan di tepian sungai, lalu memberikannya kepada Ivan. Ivan menerimanya dengan wajah tak mengerti.
"Kejujuranmu pantas mendapat imbalan. Ambillah kedua kapak ini," lelaki itu menerangkan.
Sekali lagi, Ivan berterimakasih atas pemberian yang tak diduganya itu. Sejak saat itu, Ivan tak lagi menjadi penebang kayu. Ia menjual kapak emas dan peraknya, dan berhasil menjadi saudagar yang kaya dan tetap jujur.
0 komentar:
Posting Komentar